TRAINING PEMBUKUAN DAN PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH
PENDAHULUAN
Usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai negara
termasuk di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang
tangguh. Hal ini karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat
dari industri keluarga/ rumahan. Dengan demikian konsumennya pun berasal dari
kalangan menengah ke bawah. Selain itu, Peranan UKM
terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat
dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan
ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.
Kinerja UKM dalam beberapa
tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan besaran Produk Domestik Bruto yang diciptakan UKM dalam tahun 2003
mencapai nilai Rp 1.013,5 triliun (56,7 persen dari PDB). Jumlah unit usaha UKM
pada tahun 2003 mencapai 42,4 juta, sedangkan jumlah
tenaga kerja yang bekerja di sektor ini tercatat 79,0 juta pekerja. Pertumbuhan
PDB UKM periode 2000 – 2003 ternyata lebih tinggi daripada total PDB, yang
sumbangan pertumbuhannya lebih besar dibandingkan dengan Usaha Besar.[1]
Perkembangan
sektor UKM yang demikian menyiratkan bahwa terdapat potensi yang besar jika hal
ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik tentu akan dapat mewujudkan
usaha menengah yang tangguh. Sementara itu, disisi yang lain UKM juga masih
dihadapkan pada masalah yang
terletak pada proses administrasi. Pemerintah sudah mencoba membantu mengatasi
kendala yang dihadapi oleh sebagian besar UKM, seperti melakukan pembinaan dan
pemberian kredit lunak.
Namun muncul permasalahan
baru, para pelaku UKM diharuskan menyertakan laporan keuangan sebagai syarat
mengajukan pinjaman kepada pihak bank. Karena dari pihak perbankan sendiri
tidak ingin mengambil resiko dalam penyaluran kredit begi UKM lantaran
perbankan tidak mengetahui perkembangan usaha tersebut. Sementara hampir semua
UKM tidak memiliki laporan kinerja usaha dan keuangan yang baik sebagai syarat
untuk memperoleh kredit. Hal ini terjadi karena UKM tidak dibiasakan untuk
melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sebagai gambaran kegiatan
usaha dan posisi keuangan perusahaan.
Laporan keuangan menjadi salah satu komponen yang
mutlak harus dimiliki oleh UKM jika mereka ingin mengembangkan usaha
dengan mengajukan modal kepada para kreditur yang dalam hal ini adalah pihak
perbankan. Untuk itu, kebiasaan untuk mencatat setiap kegiatan usaha yang
terjadi dan menyusun laporan keuangan harus ditumbuhkan di kalangan UKM.
Tidak begitu sulit untuk menumbuhkan kebiasaan
laporan keuangan bagi UKM. Pada dasarnya, dalam bisnis skala mana pun setiap
pelaku usaha sudah melakukan kebiasaan mencatat segala sesuatu yang dianggap
penting bagi usahanya. Para pelaku usaha kecil dan menengah memiliki kebiasaan
mencatat transaksi dengan secara sederhana dan tidak lengkap.
Kebanyakan dari UKM hanya mencatat jumlah uang
yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah
piutang / utang. Namun pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak
dengan format yang diinginkan oleh pihak perbankan. Meskipun tidak dapat
dipungkiri mereka dapat mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap tahun yang
hampir sama jumlahnya jika kita mencatat dengan sistem akuntansi.[2]
Dari kebiasaaan – kebiasaan mencatat kegiatan
usaha secara sederhana tersebut, sebenarnya dapat diarahkan untuk mencatat
kegiatan usaha yang sesuai dengan standar akuntansi secara lengkap dan rapih.
Tentunya dengan format yang sederhana bagi usaha kecil dan menengah yang
memiliki tenaga kerja dan wakktu yang terbatas. Oleh karena itu, tulisan ini
mencoba untuk mengedepankan pentingnya menumbuhkan kebiasaan mencatat dan
menyusun laporan keuangan bagi UKM yang sesuai dengan standar akuntansi namun
dengan format yang mudah diterapkan.
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
sebenarnya tidaklah sulit untuk menumbuhkan kebiasaan bagi UKM dalam menyusun
laporan keuangan, yaitu dengan memberikan format pencatatan transaksi yang secara
sederhana, tidak membutuhkan waktu lama, dan tidak membutuhkan tenaga kerja
yang banyak. Karena yang tergolong dalam kelompok usaha kecil dan menengah
adalah usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang.
Menurut Pius
Bumi K, secara umum usaha kecil dan menengah memiliki karakteristik antara
lain: (1) Sistem pembukuan yang sederhana, (2) Marjin usaha yang tipis karena
persaingan yang sangat tinggi, (3) Modal terbatas, (4) Pengalaman manajerial
yang terbatas. Selain itu, usaha kecil dan menengah juga tergolong dalam usaha
rumahan. Sehingga cenderung memiliki waktu usaha yang singkat.[3]
Pencatatan Transaksi Usaha
Pencatatan transaksi usaha adalah kegiatan
mencatat setiap transaksi yang berhubungan dengan kegiatan usaha. Secara
standar, transaksi yang perlu dicatat adalah transaksi yang berhubungan dengan
kas, pembelian (tunai dan kredit), penjualan (tunai dan kredit), piutang, dan
utang. Mencatat setiap transaksi yang terjadi sangat penting sebagai bahan
untuk menyusun laporan keuangan.
Tanpa adanya catatan mengenai transaksi usaha,
mustahil laporan keuangan dapat dibuat. Tentunya setiap transaksi juga harus
disertai bukti transaksi, sebagai bukti bahwa transaksi tersebut benar – benar
terjadi dan bukan karangan semata.
Dalam dunia akuntansi, setiap transaksi dicatat
dalam buku yang dikenal dengan nama jurnal. Dengan menggunakan jurnal, setiap
transaksi dapat dicatat dengan rapi, jelas, dan efisien. Berkaitan dengan usaha
kecil dan menengah, untuk dapat menumbuhkan kebiasaan mencatat setiap transaksi
usaha yang terjadi, diperlukan sebuah format jurnal yang praktis dan tidak
membutuhkan waktu yang lama.
Format – format berikut ini dapat digunakan oleh
UKM dalam mencatat setiap transaksi keuangan yang kemudian dapat dijadikan
bahan untuk membuat laporan keuangan. Format ini terdiri atas: buku kas, buku
pembelian tunai dan kredit, buku penjualan tunai dan kredit, buku piutang dan buku
utang. Kesemua buku tersebut memiliki hubungan satu dengan yang lainnya.
Format Buku kas
Tanggal
|
Keterangan
|
Penerimaan
|
Pengeluaran
|
Saldo
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
Yang dicatat pada buku ini adalah transaksi yang mengakibatkan kas
bertambah atau berkurang. Dengan format seperti ini, kita bisa melihat posisi
kas yang kita miliki secara cepat. Kita tinggal melihat kolom saldo dari
pencatatan transaksi terakhir. Selain itu, kita juga bisa mengawasi pemakaian
kas agar dapat digunakan secara efektif dengan melihat selisih penerimaan dan
pengeluaran.
Format Buku Pembelian Tunai
Tanggal
|
Nama Toko dan Barang
|
Jumlah Barang
|
Harga Beli
Satuan
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
Yang
dicatat dalam buku ini adalah hanya setiap terjadi transaksi pembelian secara
tunai. Dengan melakukan pencatatan menggunakan format ini pada setiap
pembelian, kita dapat mencatat setiap pembelian secara lengkap. Kita juga dapat
melihat perubahan harga satuan barang sehingga baik untuk perencanaan pembelian
selanjutnya. Selanjutnya jumlah total
pembelian tunai pada hari yang bersangkutan kemudian dicatat pada buku kas
kolom pengeluaran.
Format Buku Pembelian Kredit
Tanggal
|
No. Faktur
|
Nama Toko dan Barang
|
Jumlah Barang
|
Harga Beli
Satuan
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
Yang dicatat dalam buku ini adalah hanya setiap
terjadi transaksi pembelian secara kredit. Hampir sama dengan format diatas,
transaksi pembelian juga dapat dicatat secara lengkap. Bedanya jumlah total pembelian kredit pada hari yang
bersangkutan kemudian dicatat pada buku utang kolom kredit.
Format Buku Penjualan Tunai
Tanggal
|
Nama Toko
|
Jumlah Barang
|
Harga Jual
Satuan
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
Yang
dicatat dalam buku ini adalah setiap terjadi transaksi penjualan secara tunai.
Dengan format seperti ini, kita dapat melihat posisi penjualan produk kita. Jumlah total penjualan tunai pada hari yang
bersangkutan kemudian dicatat pada buku kas kolom pendapatan.
Format Buku Penjualan Kredit
Tanggal
|
Nama Toko
|
Jumlah Barang
|
Harga Jual
Satuan
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Yang
dicatat dalam buku ini adalah hanya setiap terjadi transaksi penjualan secara
kredit atau yang menimbulkan piutang. Jumlah
total penjualan kredit pada hari yang bersangkutan kemudian dicatat pada buku
piutang kolom debet.
Format Buku Piutang
Tanggal
|
Keterangan
|
Debet
|
Kredit
|
Saldo
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
Yang dicatat dalam buku ini adalah setiap terjadi
transaksi perusahaan meminjamkan uang kepada pihak lain, rekapitulasi penjualan
kredit harian, dan pembayaran piutang oleh pihak lain (penjualan kredit dan
pengembalian pinjaman). Pada kolom keterangan kita mencatat dari siapa
perusahaan menerima pembayar piutang. Piutang bertambah dicatat pada kolom
debet dan piutang berkurang dicatat di kolom kredit.
Format Buku Utang
Tanggal
|
Keterangan
|
Debet
|
Kredit
|
Saldo
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
Yang
dicatat dalam buku ini adalah setiap terjadi transaksi perusahaan meminjaman
uang dari pihak lain, rekapitulasi pembelian kredit harian, dan pembayaran
utang oleh perusahaan (pembelian kredit dan pengembalian pinjaman). Pada kolom
keterangan kita mencatat kepada siapa perusahaan membayar utang. Utang
bertambah dicatat pada kolom kredit dan utang berkurang dicatat di kolom debet.
Karena dalam proses pencatatan akuntansi setiap
transaksi akan mempengaruhi pencatatan pada buku yang lainnya, maka jika kita
cermati kita akan melihat sebuah keterkaitan antara buku yang satu dengan buku
yang lain jika terjadi sebuah transaksi usaha. Dengan berbekal pada catatan
yang tertera pada tiap – tiap buku di atas perusahaan sudah dapat membuat
sebuah laporan keuangan secara sederhana namun dapat diterima oleh pihak
perbankan dalam proses pengajuan kredit usaha.
Laporan Keuangan Bagi Usaha Kecil dan Menengah
Setelah melakukan pencatatan setiap transaksi
selama satu periode tertentu, langkah selanjutnya adalah menyusun laporan
keuangan dengan berdasarkan pada buku – buku pencatat transaksi usaha.
Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan
mengenai informasi kinerja keuangan selama periode tertentu. Informasi tersebut
digunakan oleh pihak intern dan pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak intern,
laporan keuangan berguna untuk menilai kinerja keuangan perusahaan selama satu
periode pencatatan yang kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka
dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti
manajemen.
Sedangkan bagi pihak ekstern, laporan keuangan
digunakan salah satunya sebagai dasar pemberian kredit pinjaman modal
untuk perusahaan. Laporan keuangan dapat dibuat secara mingguan, bulanan,
triwulanan atau tahunan. Perusahaan yang baik, minimal akan membuat laporan
keuangan minimal secara bulanan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, tujuan laporan
keuangan adalah meyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk
tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian,
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
nonkeuangan.
Komponen laporan keuangan meliputi Neraca (Balance
Sheet), Laporan Laba/ Rugi (Income Statement), Laporan Perubahan
Modal (Statement of Changes in Equity), Laporan Arus Kas (Statement
of Cash Flow), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes of Financial
Statement). Namun bagi usaha kecil dan menengah, laporan keuangan yang
perlu disusun hanyalah empat komponen saja, yaitu Laporan Laba/ Rugi (Income
Statement), Laporan Perubahan Modal (Statement of Changes in Equity),
Neraca (Balance Sheet), dan Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow).
Dengan menyusun laporan keuangan dan memahami isi
dari laporan keuangan, diharapkan akan dapat membantu pengusaha dalam membuat
keputusan dalam mengembangkan usaha, baik keputusan investasi maupun keputusan
untuk mengajukan kredit usaha.
Laporan Laba/ Rugi (Income Statement)
Laporan Laba/ Rugi adalah
adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode
tertentu. Tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk mengetahui hasil kinerja
operasi perusahaan, untung atau rugi. Yang disusun dalam laporan laba/ rugi
adalah penjualan bersih dan biaya – yang dikeluarkan selama periode tertentu.
Perusahaan dikatakan untung apabila total pendapatan lebih besar dari total
biaya dan dikatakan rugi apabila total pendapatan lebih kecil dari total biaya.
“Kegunaan laporan laba/ rugi adalah untuk mengevaluasi kinerja masa lalu
perusahaan, memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan, dan membantu
menilai resiko ketidakpastian arus kas.”[5] Berikut adalah contoh Laporan Laba/ Rugi
secara sederhana:
UD. GISTANO
LAPORAN LABA/
RUGI
Untuk Tahun
Yang Berakhir 31 Desember 2010
|
PENDAPATAN
Penjualan
bersih
Rp xxxx
Pendapatan
bunga
Rp xxxx
Pendapatan
sewa
Rp xxxx
Total pendapatan
Rp xxxx
BIAYA
Harga pokok
penjualan
Rp xxxx
Beban
penjualan
Rp xxxx
Beban
administrasi
Rp xxxx
Total Biaya (Rp
xxxx)
Laba bersih sebelum
pajak Rp xxxx
Pajak
penghasilan
(Rp xxxx)
Laba bersih setelah
pajak
Rp xxxx
|
Laporan Perubahan Modal (Statement of changes in equity)
Laporan
Perubahan Modal adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi
mengenai perubahan yang tejadi pada modal suatu perusahaan untuk satu periode
akuntansi tertentu.
Unsur-unsur laporan perubahan modal:
1. Modal awal
2. Laba (rugi) bersih
3. Tambahan setoran modal oleh pemilik atau penarikan modal oleh pemilik (prive)
4. Modal akhir
Unsur-unsur laporan perubahan modal:
1. Modal awal
2. Laba (rugi) bersih
3. Tambahan setoran modal oleh pemilik atau penarikan modal oleh pemilik (prive)
4. Modal akhir
UD. GISTANO
LAPORAN
PERUBAHAN MODAL
Per 31 Desember 2010
|
Modal awal, 1 Januari
2010
Rp xxxx
Laba tahun
2010
Rp xxxx
Prive
(Rp xxxx)
Rp xxxx
Modal akhir, 31 Desember
2010
Rp xxxx
|
Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah
laporan keuangan yang memperlihatkan harta, utang, dan modal perusahaan pada
waktu tertentu secara seimbang. Neraca dapat dikatakan seimbang apabila harta
perusahaan jumlahnya sama dengan utang yang ditambah modal (Harta = Utang +
Modal). “Neraca digunakan untuk tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur
modal perusahaan. Selain itu, neraca juga dapat digunakan untuk menilai
likuiditas, solvabilitas, dan fleksibilitas keuangan perusahaan”[4].
Berikut adalah contoh neraca secara sederhana:
UD.GISTANO
NERACA
Per 31
Desember 2010
|
|
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas
xxx
Piutang
xxx
Persediaan
barang
xxx
Total Aktiva
Lancar
xxx
AKTIVA TETAP
Tanah
xxx
Gedung
xxx
Peralatan
xxx
Total Aktiva tetap
xxx
JUMLAH AKTIVA xxx
|
PASIVA
KEWAJIBAN
Utang jangka
pendek
xxx
Utang jangka
panjang
xxx
Total Utang xxx
MODAL
Modal Tn Gistano xxx
JUMLAH PASIVA
xxx
|
|
|
Laporan Arus Kas (Statement of Cash
Flow)
Laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan perjalanan kas selama
periode tertentu. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi
yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama
satu periode.
Donald E. Kieso,
Jerry JW., dan Terry DW., dalam bukunya “Akuntansi Intermediate Edisi
Kesepuluh, terj. Emil Salim, mengklasigikasikan Laporan Arus Kas kedalam
tiga aktivitas, yaitu:
1.
Aktivitas Operasi (Operating Activities)
Meliputi pengaruh kas dari transaksi operasaional untuk menentukan laba bersih.
2.
Aktivitas Investasi (Investing Activities)
Meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta investasi.
3.
Aktivitas Pembiayaan (Financing Activities)
Meliputi kewajiban dan ekuitas pemilik.[6]
Berikut format laporan arus kas secara sederhana:
UD. GISTANO
LAPORAN ARUS
KAS
Untuk Tahun
Yang Berakhir 31 Desember 2010
|
AKTIVITAS OPERASI
Penjualan tunai
Rpxxxx
Pelunasan piutang
Rpxxxx
Pendapatan bunga bank Rpxxxx
Pendapatan sewa
Rpxxxx
Pembelian tunai
(Rpxxxx)
Pelunasan utang
(Rpxxxx)
Pembayaran biaya administrasi dan penjualan (Rpxxxx)
Kas bersih dari aktivitas
operasi
Rp xxxx
AKTIVITAS INVESTASI
Penjualan
Tanah
Rp xxxx
Pembelian
peralatan
(Rp xxxx)
Kas bersih dari aktivitas
investasi Rp
xxxx
AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Pengembalian utang jangka panjang
(Rp xxxx)
Pelunasan
obligasi
(Rp xxxx)
Kas bersih dari aktivitas pembiayaan
(Rp xxxx)
Kenaikan/penurunan bersih kas
Rp xxxx
Kas awal
tahun
Rp xxxx
Kas Akhir
Tahun Rp
xxxx
|
Laporan Keuangan Sebagai Alat Analisis
Kinerja Perusahaan
Setelah laporan
keuangan selesai disusun, laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk
mengukur, menilai, dan mengevalusai kondisi dan potensi perusahaan yang dalam
hal ini adalah usaha kecil dan menengah. Untuk melihat kondisi kinerja keuangan
perusahaan digunakan rasio laporan keuangan. Penghitungan analisis keuangan
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi
kawajiban pada pihak lain dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih.
Dengan rasio ini,
sangat dimungkinkan UKM untuk dapat menilai kinerja usahanya sendiri. Rasio
keuangan yang dimaksud adalah:
1) Rasio Likuiditas, digunakan untuk
mengetahui kemampuan UKM dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek pada
suatu saat.
2) Rasio Aktivitas, digunakan untuk mengukur
sejauh mana efektifitas manajemen dalam mengelola sumber – sumber dana dalam
periode tertentu.
3) Rasio Leverage, digunakan untuk mengukur
seberapa jauh suatu aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
4) Rasio Profitabilitas, digunakan untuk
mengukur produktifitas atau efisiensi penggunaan aktiva perusahan dan hasi –
hasil yang dicapai manajemen.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam pelaksanaan
bisnis dengan skala manapun, laporan sangat penting sebagai alat bantu bagi
pemilik usaha dalam pengambilan keputusan terutama untuk memperoleh gambaran
kondisi kinerja keuangan perusahaan, untung atau rugi. Melalui catatan yang
baik dan terus menerus akan sangat membantu mengingatkan pengusaha mengenai
transaksi apa saja yang telah dilakukan perusahaan selama periode tertentu.
Pemilik usaha bisa saja lupa, tapi laporan akan selalu mengingatkan setiap
terjadi transaksi.
Melalui penataan laporan keuangan yang
baik, diharapkan kelak para pelaku usaha kecil dan menengah tidak akan
mengalami kesulitan lagi ketika akan megajukan kredit kepada pihak kreditur.
Untuk itu, penyusunan laporan keuangan perlu dilakukan secara berkesinambungan dengan
format pencatatan yang sederhana seperti yang telah dijelaskan dalam tulisan
ini sehingga dapat ditumbuhkan kebiasaan untuk menyusun laporan keuangan pada
usaha kecil dan menengah.
Pusat Pengembangan Akuntansi FE UII
Oktober 2011
@gilaekonomi
Sangat Bermanfaat Sekali!
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi.
Software toko dan Kasir POS. Fitur lengkap dan cocok untuk segala macam toko. langsung saja download di -> Aplikasi Toko Kasir POS
BalasHapusterimakasih infonya sangat bermanfaat
BalasHapusSoftware Database Guru
mantab terimakasih informasinya
BalasHapusSoftawre Bel Sekolah Otomatis
bagus nih,sebagai pemilik bisnis kita emang harus ngerti tentang dasar-dasar pembukuan
BalasHapus